Awal tahun 2016
kita bikin keputusan yang cukup besar, well at least for us. We move in. aku
resign dari perkerjaan dan ikut pindah ke Kalimantan. Pengelaman pertama
tinggal di luar jawa, di kota kecil juga, dan sepi dan dulu pernah ada
kerusuhan berdarah, Sampit. Ya, di Sampit sekarang kita tinggal, baru 2 bulan
kita disini tapi rasanya seperti lifetime. Semuanya berjalan lambat disini, dan
tak banyak yang bisa dilakukan. Sebelum kita memutuskan untuk move in, kita
sudah menbahas semuanya dan we know that it’s not gonna be easy. Kenyataannya
super not easy. Ada banyak hal yang kita tak pernah terpikirkan, malah terjadi, hal-hal diluar perkiraan, dan kendali. Rasanya ada aja yang gak beres.
Teman-teman
banyak yang menghawatirkan kita, terutama aku, karena disini aku tidak punya
pekerjaan tetap, belum ada temen dan belum bisa kemana-mana sendiri. Setiap ada
kesempatan mereka pasti Tanya bagaimana kami disini, apa semuanya baik-baik
saja. Terima kasih perhatiannya dan kami baik-baik saja. Nat juga check up on
me terus-terusan, apakah aku betah atau pengen main atau mau sesuatu. I’m okay
darling, I realy am. Don’t worry about me. I love you.
Jika
dibandingkan dengan Surabaya, kota ini benar-benar berbeda. Sepi sekali disini.
Tidak ada mall, meskipun aku tidak setiap hari ke mall tapi aneh aja rasanya
saat harus tinggal di kota yang tidak punya mall. Tidak ada bioskop, ini yang
agak berat karena kami suka banget nonton, dan hampir tiap minggu nonton, bisa
lebih kalau memang film nya sedang banyak yang bagus. Tidak ada tempat makan
yang enak, entahlah belum ketemu atau belum cocok lidahnya atau entahlah,
makanan disini buat kita masih ada yang salah. Hanya beberapa yang bisa kita
tolerir, daftarnya ada disini. Bahasanya berbeda, pastilah itu dan kita
sama-sama belum bisa bahasa banjar, bahasa yang paling banyak digunakan disini.
Temen-temen juga kawatir mengenai sejarah kota ini, dan pesan mereka selalu,
“jika ada apa-apa, langsung pulang saja, gak usah mikir ini-itu, pokoknya
langsung pulang”. Oke oke kami ingat pesannya. oh ya sebelnya saat tidak ada
mall yang tersedia adalah, kita susah untuk belanja. Seperti kemarin saat kita
mau datang ke acara nikahan teman, kita kesusahan untuk cari baju. Cari bahan
susah, apalagi penjahitnya jadi akhirnya kita putuskan saja untuk bikin baju di
pekalongan. Itupun dengan sedikit was-was baju tidak terkirim tepat waktu,
karena proses pengiriman kesini memang lama tidak karuan.
Salah satu doa
harian yang terus-menerus aku ucapkan dengan teramat sungguh adalah “tolong
jangan mati lampu”. Listrik adalah salah satu kebutuhan pokok ku disini. Saat
tidak ada teman masih ada CSI bisa ditontong, handphone masih bisa digunakan,
computer masih berjalan dan masih ada lampu. Tanpa listrik, oh boy it’s hell on
earth.
- Robin -
- Robin -