Thursday, March 10, 2016

Move In Together





Awal tahun 2016 kita bikin keputusan yang cukup besar, well at least for us. We move in. aku resign dari perkerjaan dan ikut pindah ke Kalimantan. Pengelaman pertama tinggal di luar jawa, di kota kecil juga, dan sepi dan dulu pernah ada kerusuhan berdarah, Sampit. Ya, di Sampit sekarang kita tinggal, baru 2 bulan kita disini tapi rasanya seperti lifetime. Semuanya berjalan lambat disini, dan tak banyak yang bisa dilakukan. Sebelum kita memutuskan untuk move in, kita sudah menbahas semuanya dan we know that it’s not gonna be easy. Kenyataannya super not easy. Ada banyak hal yang kita tak pernah terpikirkan, malah terjadi, hal-hal diluar perkiraan, dan kendali. Rasanya ada aja yang gak beres. 

                Teman-teman banyak yang menghawatirkan kita, terutama aku, karena disini aku tidak punya pekerjaan tetap, belum ada temen dan belum bisa kemana-mana sendiri. Setiap ada kesempatan mereka pasti Tanya bagaimana kami disini, apa semuanya baik-baik saja. Terima kasih perhatiannya dan kami baik-baik saja. Nat juga check up on me terus-terusan, apakah aku betah atau pengen main atau mau sesuatu. I’m okay darling, I realy am. Don’t worry about me. I love you. 

Jika dibandingkan dengan Surabaya, kota ini benar-benar berbeda. Sepi sekali disini. Tidak ada mall, meskipun aku tidak setiap hari ke mall tapi aneh aja rasanya saat harus tinggal di kota yang tidak punya mall. Tidak ada bioskop, ini yang agak berat karena kami suka banget nonton, dan hampir tiap minggu nonton, bisa lebih kalau memang film nya sedang banyak yang bagus. Tidak ada tempat makan yang enak, entahlah belum ketemu atau belum cocok lidahnya atau entahlah, makanan disini buat kita masih ada yang salah. Hanya beberapa yang bisa kita tolerir, daftarnya ada disini. Bahasanya berbeda, pastilah itu dan kita sama-sama belum bisa bahasa banjar, bahasa yang paling banyak digunakan disini. Temen-temen juga kawatir mengenai sejarah kota ini, dan pesan mereka selalu, “jika ada apa-apa, langsung pulang saja, gak usah mikir ini-itu, pokoknya langsung pulang”. Oke oke kami ingat pesannya. oh ya sebelnya saat tidak ada mall yang tersedia adalah, kita susah untuk belanja. Seperti kemarin saat kita mau datang ke acara nikahan teman, kita kesusahan untuk cari baju. Cari bahan susah, apalagi penjahitnya jadi akhirnya kita putuskan saja untuk bikin baju di pekalongan. Itupun dengan sedikit was-was baju tidak terkirim tepat waktu, karena proses pengiriman kesini memang lama tidak karuan. 

Salah satu doa harian yang terus-menerus aku ucapkan dengan teramat sungguh adalah “tolong jangan mati lampu”. Listrik adalah salah satu kebutuhan pokok ku disini. Saat tidak ada teman masih ada CSI bisa ditontong, handphone masih bisa digunakan, computer masih berjalan dan masih ada lampu. Tanpa listrik, oh boy it’s hell on earth.

- Robin -