Sunday, January 30, 2011

Sampai Kapan??


 “Sampai kapan kamu mau jadi seperti ini?”, bagi sesama L pasti tau maksud pertanyaan tersebut, satu dari beberapa pertanyaan favorit yang sering terucap dari teman dan lingkungan sekitar. Lalu apa makna dibalik pertanyaan tersebut? Ada beberapa asumsi saya: pertama: teman anda belum bisa menerima orientasi seksual anda, yang mana menurut dia “menyalahi aturan” dan dia ingin anda segera kembali “ke jalan yang lebih lazim”, kedua: dia ingin tahu apakah anda memang benar-benar mantap dengan pilihan hidup anda sebagai L, ketiga: teman anda cuma iseng menanyakan hal tersebut. 

Dari segelintir orang yang sudah mengetahui orientasi seksual saya, 75% menanyakan hal tersebut di atas. Lepas dari apa tujuan mereka menanyakan hal itu, baik tujuan sadar maupun di bawah kesadaran mereka, ada satu pemikiran yang muncul dari dalam diri saya akibat pertanyaan itu; mengapa harus berhenti?

Saya tidak sedang berjudi, saya juga sedang tidak mengalami ketergantungan napza. Saya tidak berjudi dengan hidup saya, tidak mempertaruhkan masa depan saya, dan saya tidak menjalani kehidupan L karena saya ketergantungan pada pola hidup ini. Hampir tidak ada yang berbeda dalam kehidupan saya dengan manusia pada umumnya (menurut saya). Makan masih dalam hitungan wajar, tidur juga, bersosialisasi, dan lain sebagainya, yang hampir sama dengan manusia lainnya.
But that isn’t the point. Hal yang paling mempengaruhi dalam pengambilan keputusan saya untuk terus hidup sebagai lesbian adalah karena saya sudah menemukan orang yang tepat untuk menjalani masa sekarang dan masa depan saya, bertumbuh bersama, berproses bersama. Bagaimana bisa kita berpikir mencari orang lain yang dalam artian ini adalah pria, jika kita sudah nyaman dengan pasangan dan bahagia dengan kehidupan yang kita jalani sekarang?

Sedari masa saya beranjak dewasa, sebenarnya saya tidak pernah memilih dengan siapa berpacaran, antara laki-laki atau perempuan. Saya hanya menjalani apa yang ada, bertindak berdasarkan hati nurani. Saya memang merasa “lebih hidup” saat menjalani hubungan dengan perempuan. Saya bisa menjadi diri saya sepenuhnya, tidak ada kepura-puraan, singkatnya saya bisa live life to the fullest bersama seorang perempuan.  Demikian halnya dengan kehidupan saya bersama pasangan saya sekarang, saya menjalaninya dengan kesadaran dan tanggung jawab penuh dan  yang paling penting, saya bahagia. Jadi jawaban saya jika ada teman yang menanyakan sampai kapan saya akan begini, maka saya jawab dengan lantang dan yakin “sampai sekuat tenaga dan jiwa saya” .

Bagaimana dengan anda, sistas, apakah anda sudah mematok waktu pensiun, bahkan mungkin ada yang memutuskan pensiun dini, atau mungkin jawaban anda sama dengan saya?

Wednesday, January 5, 2011

Sempalan Malam

malam yang nglangut, dingin sisa hujan
seperti malam-malam sebelumnya, ada kamu di pikiranku
bagaimana tidak?
melekat erat serupa daun pada cabang randu
menggelayut manja seperti anak pada induknya

****

tujuh belas purnama
genggaman kita terpagut
tujuh belas purnama
hati tertaut
tujuh belas purnama
kata cinta bersahut
pintaku selalu bersama
hingga tiba maut

Love is . . .

Saat aku menjemputmu tengah malam atau pagi buta di stasiun
Saat aku mengepel lantai kamarku hingga bersih dan harum sebelum kamu tiba
Saat aku memikirkanmu, night and day
Saat aku cengingisan di tengah jalan membaca sms mu
Saat aku lembur semalaman demi uang, untuk kita liburan
Saat aku naik eco class railway in the middle of night, ke kotamu
Saat aku menggandeng tanganmu waktu menyeberang jalanan yang padat
Saat aku cerewet like an old granny when you’re sick
Saat aku memaksakan tersenyum melihat keretamu menjauh